Kamis, 19 Agustus 2010

-Pernik Cinta- Bag I

Jika saja persediaan untuk keperluan sehari-hari belum habis, tentu Dani tak akan mau susah payah berbelanja diterik matahari yang sangat panas, seakan-akan ingin menjadikan bumi ini sebagai tempat pemanggangan manusia. Belum lagi harus berdesak-desakan di tengah kerumunan yang selalu ramai dengan sejuta aroma yang kadang-kadang mengganggu pernapasan. Apalagi sudah lama tidak turun hujan, sehingga suasana begitu kering menebarkan debu-debu disetiap hembusan anginnya. Bisa kebayang khan… bagaimana situasinya? Nggak nyaman banget.
Sambil sesekali mengusap keringat yang membanjir dikeningnya, Dani terus berjalan menyisiri trotoar Malioboro yang penuh sesak.

Apalagi ini hari minggu, hari yang memang jatahnya orang-orang untuk shopping atau sekedar window shopping alias ngeceng buat cuci mata. Seperti Dani juga, sesekali melirik jelalatan ke kiri dan ke kanan nyari gadis-gadis cantik sebagai mangsanya. Tapi kasihan… tak satupun yang memperhatikan dirinya yang semakin kumal dan lusuh dibanjiri keringat dengan aroma yang mematikan. Konon kabarnya, si Dani masih keturunan yang ke sebelas dari Eyang Sinto Gendeng yang bau pesing dan selalu ngompol dicelana itu. Katanya lagi, Dani adalah cucu turun-temurun dari hasil perselingkuhannya dengan si Dewa Kentut Bau Keringat Sakti. Benar tidaknya, belum ada klarifikasi dari Bastian Tito sendiri. Tapi, kalo dari segi bau-bauan sepertinya memang ada kecocokan.
“aduh… lagi-lagi harus antri”
Dani menggerutu melihat mesin ATM didepannya yang sudah diantri banyak orang. Yaaah… mau tak mau harus antri deh. Harus gimana lagi, uang yang tersisa dikocek Dani cuma beberapa lembar uang ribuan yang sudah sangat lusuh. Kadang Dani berpikir ingin cari kerja saja daripada kuliah yang tentunya akan membutuhkan biaya yang banyak. Tapi mau kerja apa?… jadi kuli bangunan kayaknya dia nggak kuat. Badannya yang kecil dan tenaga yang nggak seberapa, apa mau orang mempekerjakan dia?. Mau kerja di perusahaan, nggak ada satupun lowongan buat Dani yang punya pendidikan hanya sebatas SMA. Ah… andai saja ayahnya seorang konglomerat, mungkin kehidupannya akan lain. Tapi Dani juga bukan dari golongan proletar yang harus mengemis atau mengorek-ngorek tong sampah untuk mencari makan. Ia adalah golongan orang kebanyakan. Miskin nggak, kaya juga nggak. Dani nggak pernah punya niat jadi kaum bourjuis, tapi juga nggak pengen jadi proletar.
Baru saja Dani mengeluarkan dompet dari sakunya, seorang gadis berambut sebahu tegak mengantri disampingnya. Dani melongok kayak sapi ompong. Gadis itu benar-benar cantik dan memukau perhatiannya. Bibirnya yang mancung,..hidungnya yang tipis,…kulit terurai lurus hitam mengkilat,…rambutnya yang putih mulus, dan muka berbaris rata, begitu sempurna dengan sepasang lesung pipit di bola matanya yang tebal (kayaknya terbalik-balik ya). Yaaah… kecantikannya begitu susah untuk diungkapkan dengan kata-kata. Dani terpesona…
UPSS!! Sebuah senyum yang indah itu diarahkan kepadanya. Dani tersipu-sipu malu. “hei… lagi ngapain disini” si cantik angkat bicara. Baru saja Dani ingin bicara, tiba-tiba seseorang dibelakangnya menjawab.
“ah… nggak ngapa-ngapain. Kebetulan lewat doang, sambil ngecek kiriman, kamu dari mana aja…”
yah… ternyata yang dimaksud bukanlah Dani. Seorang gadis dengan penampilan tomboy di belakang Dani segera menghampiri si cantik itu. Kali ini Dani bukan lagi tersipu-sipu malu, tetapi betul-betul MALU ABIS. Mukanya tak ubahnya seperti udang rebus dikasih saos trus di cat ama spidol warna merah. Takut ketahuan kalo dia lagi ke ge er-an, secepat kilat Dani mengalihkan senyum sambil melambaikan tangan ke-arah mamang tukang bakso yang lagi nunggu pembeli. Yang disenyumin malah kebingungan. “aduh…jadi salah tingkah nih..” pikir Dani. Tapi sekali-sekali matanya masih memperhatikan si cantik itu, berharap semoga diajak bicara atau sekedar diberi senyuman.
“lagi belanja… buat keperluan sehari-hari. Kok nggak bilang sih kalo mau kesini, kalo tau kamu mau kesini, mending tadi berangkatnya bareng…” jawab si cantik.
“sorry YU… tadi gue buru-buru. Adik sepupu gue masuk rumah sakit karena kecelakaan”
“ohh,… jadi si cantik itu namanya YU. Yu siapa ya…yuli, yuni, mbak yu, yuyun, atau…” pikir Dani yang sedari tadi asyik nguping pembicaraan.
“sekarang gimana kabarnya sepupumu itu…? Udah baikan..?” tanya si cantik lagi.
“yah… sekarang udah sadar, nggak parah kok. cuma lecet doang. Oh ya,… aku mau kerumah Pak De. Ntar kalo kamu pulang, bilang sama ibu kost aku nginap di tempat Pak De. Trus, tolong jemuranku diangkat ya,…oke Yu, aku duluan” si tomboy pergi setelah menyerahkan anak kuncinya. Ternyata mereka teman satu kost.
Tinggal si cantik sendirian. Dani sesekali masih mencuri-curi pandang sambil memamerkan senyumnya ke arah si cantik. Tapi orang yang dimaksud tidak memperhatikan sama sekali. Tinggallah Dani senyum-senyum sendiri kayak orang gila. Duh… kasihan ya.
Baru saja Dani mau melangkah ke ruang ATM, tiba-tiba si cantik menyela.
“Kak… boleh saya duluan ya…? Soalnya mau buru-buru nih..” pintanya.
“Oh… silahkan-silahkan. Nggak apa-apa kok” Dani mempersilahkan dengan hati berbunga-bunga. Si cantik buru-buru masuk ke dalam. Sambil menunggu, Dani terus memikirkan bagaimana bisa berkenalan dengan si cantik yang betul-betul mencuri perhatiannya itu. Entah mengapa Dani bisa begitu terpesona.
“makasih ya kak… kakak baik banget deh…” kata si cantik sambil tersenyum manis begitu keluar dari ruang ATM.
“ah… biasa aja. Sesama manusia kan harus saling tolong menolong…” katanya diplomatis. Sok hero banget.
Si cantik lagi-lagi tersenyum manis. “saya permisi duluan ya,… sekali lagi trima kasih buat antriannya…”
Aduuh… keburu pergi deh. Mata Dani terus mengekor punggung si cantik itu dengan penasaran. “hilang sudah bidadariku…” pikirnya.
“Heei… buruan dong!! Mau masuk nggak lu…” seorang bapak-bapak yang dari tadi sudah lama mengantri membentak mengingatkan Dani. Cepat-cepat Dani masuk kedalam. Sesudah mengambil uang, setengah berlari Dani menyusul kearah si cantik. Tapi yang dicari sudah tak kelihatan lagi. Hilang entah kemana.
Dengan langkah gontai Dani memasuki Ramayana Mall buat beli keperluan sehari-hari, mulai dari sabun, deterjen, pasta gigi, korek telinga, dan beberapa bungkus supermi dan coffemix kesukaannya. Begitulah kehidupan anak kost yang sarat dengan kemandirian. Apalagi bagi Dani yang orang tuanya bukanlah seorang konglomerat, otomatis harus mengirit setiap pengeluaran. Hidup hemat mau tak mau harus dilakukan. Misalnya; demi menghemat deterjen, maka semua pakaian belum boleh dicuci sebelum lima hari pemakaian, dan belum boleh dicuci jika tumpukan pakaian kotor belum sampai satu ember. Dari itu Dani harus bersikap kreatif dalam mengerjakan segala hal (maksudnya kere aktif).
Entah sengaja atau tidak, sekilas Dani menangkap sesosok bayangan yang baru saja ia cari-cari. Tampak dari kejauhan si cantik sedang memilih-milih sesuatu yang akan dibeli. Dengan tergesa-gesa, Dani segera menuju ke arah si cantik, hingga tanpa disadari dari arah kiri seorang anak muda yang sedang memperhatikan sederetan guci-guci hias berjalan mundur perlahan, dan….
BRAAK!!
PRAANG!!
Dani menabrak pemuda tersebut hingga tersungkur menubruk sederetan guci. Seorang pemuda berambut gondrong dengan kacamata minus tampak terhuyung-huyung diantara pecahan-pecahan guci antik. Agak sedikit gelagapan dia ketika melihat beberapa buah guci sudah berserakan di sekelilingnya.
“hei… bangsat!! Di mana mata lu sialan…lihat-lihat dong kalau jalan!!” semprot si kacamata sambil berusaha bangkit.
“SOMPRET!! Lu yang salah,… jalan kok kayak undur-undur. Emang ini jalan nenek moyangmu” balas Dani nggak mau kalah. Semua barang belanjaannya berserakan nggak karuan.
“Eh… bukannya minta maaf, malah nyalahin orang… udah berani lu ya, pokoknya gue nggak mau tanggung jawab. Jelas-jelas lu yang salah..” sentaknya lagi.
“Enak saja, yang mecahin guci-guci itu kan kamu, ngapain juga gue yang tanggung jawab. Gue kagak mau tau, itu urusan lu…”
Suasana semakin panas. Serentak semua perhatian tertuju kepada mereka berdua yang sedang adu mulut, sementara dari kejauhan petugas keamanan tampak berlari mendekat.
“Nggak bisa gitu, kamu mesti tanggung jawab dong, kalo kamu nggak nabrak aku, nggak bakalan kayak gini urusannya. pokoknya lu yang selesaikan semua urusan. Gue mau pergi…” kata pemuda itu sambil ngeloyor begitu saja.
“Gila, kamu pikir bisa begitu heh… kalo kamu pergi, gue juga nggak mau tanggung jawab…” bentak Dani sambil mencengkram baju si pemuda.
“hei… apa-apaan lu, kalo kamu juga nggak mau tanggung jawab, ya udah kita pergi aja sekalian….” Katanya sambil menepiskan tangan Dani, dan kemudian lari sekencang-kencangnya dan menghilang ditengah kerumunan orang-orang yang sedang berbelanja.
Dari jauh, tampak beberapa petugas keamanan sudah semakin mendekat. “gila….berabe nih urusan…..”
Tanpa pikir panjang lagi Dani langsung mengendap-endap dibalik lemari-lemari pajangan dan untuk selanjutnya ambil langkah seribu.
“HEY.. jangan lari…”
beberapa petugas keamanan mulai berpencar mengejar. Dani semakin panik dan lari sekencang-kencangnya. Untunglah suasana Ramayana saat itu sangat ramai, sehingga menyulitkan petugas keamanan untuk mengejar. Dengan sigap Dani menghilang diantara para pengunjung dan berhasil melewati eskalator.
“kita kejar ke arah sana…kalian berdua kejar yang satu lagi, yang pakai kacamata” seorang petugas keamanan memberi komando kepada beberapa orang temannya. Dani semakin panik. Ia bersembunyi di antara beberapa pajangan baju yang bergantungan untuk mengelabui. si pengejar mulai kehilangan arah dan celingak-clinguk mencari buronannya. Dengan mengendap-endap Dani terus menuju ke arah pintu keluar. Dani menyelinap memanfaatkan keramaian mall. Sementara di pintu exit sudah ditunggu beberapa petugas keamanan.
“mati aku….”
Untunglah Dani melihat seorang ibu tua yang sedang kesusahan membawa barang-barang belanjaan lewat didepannya. Sebuah ide yang bagus.
“biar saya yang bawa bu….” Dani menawarkan diri.
“oh… anak yang baik, trimakasih sudah mau menolong” kata sang ibu sambil menyerahkan beberapa barang belanjaannya.
Dani mengikuti ibu itu dari belakang sambil sekali-sekali mengajaknya mengobrol, seakan sudah lama kenal, sementara ia terus berusaha menyembunyikan wajahnya.
BERHASIL….!! Beberapa petugas keamanan tidak mengenalinya sama sekali.
“ibu pulangnya kemana?..naik apa…” kata Dani.
“Kaliurang,… ibu bawa mobil sendiri. Kamu mau kemana?, kalau arahnya sama, naik mobil ibu saja. Hitung-hitung hemat ongkos tho…! eh namamu siapa..? biar ibu enak manggilnya”
“nama saya Dani… tinggal di maguwoharjo, biar saya naik bus aja bu, soalnya mau mampir dulu ke Bringharjo…nggak langsung pulang”
Dani memasukkan barang-barang belanjaan ke dalam bagasi. “saya mau langsung permisi pulang bu,…” pamitnya.
“benar nih nggak mau pulang bareng sama ibu….” Si ibu menawarkan. Dani menggeleng.
“trimakasih ya nak Dani, …udah nolong ibu, oh ya… ini kartu alamat ibu, kalau ke kaliurang mampir ke rumah…ibu tunggu lho”
Sementara itu tampak beberapa petugas security berkeliling kesana kemari di ikuti tiga orang polisi berseragam lengkap. Dani segera pamit dan langsung pergi menjauh, menyelinap diantara kerumunan. Setengah berlari, Dani menyisiri trotoar menuju ke alun-alun malioboro dan langsung mencegat sebuah bus KOPAJA yang melintas.
HUUP…Dani meloncat ke dalam bus yang berjalan perlahan. “hampir saja…” pikirnya.
Sambil ngos-ngosan, Dani berjalan ke arah bangku yang masih kosong di belakang sopir. Seseorang yang duduk disebelahnya tampak asyik membaca sebuah majalah. Dani segera menghempaskan pantatnya yang sedari tadi sudah terasa letih sekali. Tampaknya hari ini betul-betul sial. Tapi kayaknya nggak sial betul, karena perempuan yang sedang asik membaca majalah disebelahnya adalah si cantik yang dari tadi dicari-cari. Wow… Dani sangat terkejut dan senang ketika tau siapa orang yang duduk disebelahnya.
“Eh… ketemu lagi ya, udah selesai belanjanya…?” sapa Dani sok Akrab. Si cantik menoleh dan sedikit terkejut.
“Kakak yang tadi ketemu di ATM ya….?”
Dani mengangguk tersenyum. Si cantik balas tersenyum memamerkan lesung pipit yang manis dipipinya yang mulus tanpa jerawat itu. Beautifulnya perfect banget deh.
“iya nih… baru selesai belanja. Sekarang mau pulang. Kok bisa-bisanya ya kita ketemu lagi. Kakak mau pulang kemana?”
“panggil saja aku Dani, aku mau pulang ke maguwo, kebetulan ngekosnya disana. Adek sendiri mau kemana? Oh ya… kalau boleh tau namanya siapa ya…?”
“kebetulan kalo gitu, saya juga ngekost di maguwo. Kost putri Kunti di pugeran. Namaku Ayu Dyah Pitaloka” si cantik memperkenalkan diri.
“berarti kita tetangga dong. Aku juga tinggal di pugeran. Kostnya mbak Harni. Tapi aku baru dua bulan di Djogja. Baru aja mau masuk kuliah. Ayu juga masih kuliah ya..?” tanya Dani lagi.
“sama,… aku juga baru mau masuk kuliah, di fakultas teknik UPN jurusan TI. Kak Dani kuliahnya dimana…?”
Wow… Kak Dani, sebutan yang sangat indah….
“di UII fakultas ekonomi jurusan Akuntansi, biasa… mau jadi calon akuntan. Ntar kalo udah punya perusahaan nggak susah-susah ngurus uangnya, he he…ngomong-ngomong Ayu asalnya dari mana? Asli jogja atau luar jogja?”
“Klaten, kalo kak Dani?”
Lagi-lagi kak Dani… sebutan itu betul-betul membuat Dani melayang.
“kalo aku asalnya sangat jauh dari sini, aku dari sumatra. Tepatnya di Ranau Sumatra Selatan. Ayu udah pernah kesana?”
Ayu menggeleng.
“mau ajak Ayu kesana?…” tanya Ayu tersenyum.
“why not, kalo kamu mau kapan-kapan aku ajak Ayu kesana. Pokoknya nggak bakalan rugi deh, dijamin betah. Udara yang sejuk, pepohonan yang rindang, berkeliling-keliling disekitar danau sambil memancing..Uh…. Pasti seru” Dani mempromosikan.
Percakapan demi percakapan yang sekali-sekali ditingkahi dengan canda tawa membuat suasana tambah akrab. Apalagi senyum Ayu yang begitu indah membuat Dani semakin betah buat ngocol yang lucu-lucu. Sebuah persahabatan yang baru saja terjalin tampak semakin erat. Persahabatan yang pasti akan mengukir kenangan indah disetiap waktunya. Persahabatan yang selalu dilengkapi dengan canda tawa, kebahagian, tangis sedih, dan kedukaan. Persahabatan yang selalu timbul tenggelam seperti matahari kala pagi dan senja. Tetapi yang pasti, setiap persahabatan adalah sebuah pertalian hati yang akan menjadi benang kasih sayang, dan kadangkala begitu susah untuk dibedakan dengan cinta.

0 komentar:

Posting Komentar

 

  © 2009 J E N D E L A

True Contemplation Blogger Template by M Shodiq Mustika